Sabtu, 16 April 2011

Kajian Politik

"Plato 427 – 347 SM. Tentang Negara Yang Ideal"

A. Pendahuluan
salah satu dari sekian banyak persoalan kontroversial mengenai filsuf plato adalah bagaimana plato memahami istilah epistemology dalam hubungan dengan teorinya tentang forma atau bagaimana teorinya tentang pengetahuan yang dapat di hubungkan dengan teori nya tentang being atau adanya (ontology). Kedua pertanyaan ini menuntut jawaban. Sebenarnya, sudah terdapat sekian banyak studi yang mencoba menjawab pertanyaan ini. Karena itu, persoalan kita sekarang ialah menetukan argument yang lebih cocok dan tepat. Akan tetapi, kami akan mencoba menguraikan pemikiran-pemikiran plato tentang bentuk masyarakat yang menurutnya ideal.
Sejarah memperlihatkan bahwa Plato hidup dalam suatu periode gelap di kehidupan politik Athena. Ia dilahirkan dari kalangan keluarga Athena sekitar tahun 427 SM. Dimasa remaja nya ia berkenalan dengan filosof yang terkenal yaitu Socrates yang menjadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur 70 tahun, ia dibawa ke pengadilan dengan tuduhan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk dan dihukum mati tak lama sesudah Socrates mati Plato pergi meninggalkan Athena, dan selama 10 – 12 tahun ia mengembara. Sekitar tahun 387 SM ia kembali ke Athena dan mendirikan perguruan disana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang 40 tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur adalah Aristoteles, yang menjadi murid akademi di umur 17 tahun. Sedangkan Plato pada waktu itu sudah menginjak umur 60 tahun dan ia meninggal pada usia 70 tahun. Plato menulis kurang lebih dari 36 buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan theology.
A. Pembahasan
Dalam buku republik yang menjadi tujuan hidup Plato tergambar pendapatnya tentang pembinaan negara, masyarakat dan pendidikan. Pandangan Plato tentang negara luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang ke belakang dari ke muka. Negara Grik, di masa itu ialah kota. Jumlah penduduknya tidak lebih daripada dua atau tiga ribu jiwa. Penduduk kota ialah orang-orang yang merdeka, yang mempunyai milik tanah terletak di luar kota yang di kerjakan oleh budak-budaknya. Di antara mereka terdapat saudagar, tukang, pandai seni dan pejabat negara. Menurut kebiasaan di waktu pekerjaan yang kasar di kerjakan oleh budak belian. Mereka itu tidak di anggap sebagai penduduk sebab tidak merdeka.
Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum kata Plato tidak boleh di putus oleh kemauan atau pendapat orang-seorang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan di tentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Tujuan pemerintah yang benar ialah mendidik warga-negara mempunyai budi. Manusia memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan. Dan karena itu ilmu harus berkuasa di dalam negara.
Negara yang ideal harus berdasar pada keadilan. Keadilan dalam negara hanya tercapai, apabila tiap-tiap orang mengerjakan pekerjaan yang teruntuk bagi dia. Pembagian pekerjaan adalah dasar bagi Plato untuk mencapai perbaikan hidup. Plato mengupas masalah keadilan itu dengan panjang lebar berupa percakapan dialog antara Socrates.
Sejarah memperlihatkan bahwa Plato hidup dalam suatu periode gelap di kehidupan politik Athena. Ia dilahirkan dari kalangan keluarga Athena sekitar tahun 427 SM. Dimasa remaja nya ia berkenalan dengan filosof yang terkenal yaitu Socrates yang menjadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur 70 tahun, ia dibawa ke pengadilan dengan tuduhan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk dan dihukum mati tak lama sesudah Socrates mati Plato pergi meninggalkan Athena, dan selama 10 – 12 tahun ia mengembara. Sekitar tahun 387 SM ia kembali ke Athena dan mendirikan perguruan disana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang 40 tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur adalah Aristoteles, yang menjadi murid akademi di umur 17 tahun. Sedangkan Plato pada waktu itu sudah menginjak umur 60 tahun dan ia meninggal pada usia 70 tahun. Plato menulis kurang lebih dari 36 buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan theology.
Pemikiran Plato tentang politik yaitu ia menginginkan negara yang ideal dalam buku republik yang menjadi tujuan hidup Plato tergambar pendapatnya tentang pembinaan negara, masyarakat dan pendidikan. Plato hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang gilang gemilang dalam segala lapangan. Pertentangan antara kaya dan miskin sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Kekuasaan Aristokrasi, Oligarki, dan demokrasi datang berganti-ganti, dengan tidak dapat menundukkan pemerintahan yang tetap. Menurut Plato nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah sama sekali dasar hidup rakyat dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu negara yang ideal.
Menurut Plato bentuk terbaik dari suatu pemerintahan adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum Aristokrat. Yang dimaksud Aristokrat disini bukannya Aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, tapi pemerintahan yang digerakkan oleh putra terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa disebut juga “GUARDIAN” harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas. Plato percaya bahwa bagi semua orang, baik laki-laki maupun perempuan mestinya disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota Guardian.
Plato merupakan filosof pertama yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang jenis kelamin dan dalam jangka waktu lama pun nyatanya Cuma dia yang mempunyai ide itu. Untuk membuktikannya Plato menganjurkan agar pertumbuhan dan pendidikan anak-anak dikelola oleh negara. Pertama-tama anak-anak memperoleh latihan fisik yang menyeluruh, baik segi musik, matematika dan lain-lain disiplin akademi tidak boleh diabaikan. Mereka yang kurang maju harus dianjurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan latihan. Penambahan pendidikan ini harus termasuk bukan Cuma pada mata pelajaran akademi biasa, tetapi juga mendalami filosofi yang oleh Plato dimaksud menelaah doktrin bentuk ideal faham metafisikanya.
Pada usia 35 tahun, orang-orang ini yang memang sudah betul-betul meyakinkan mampu menunjukkan penguasaannya di bidang teori-teori dasar, harus menjalani lagi tambahan latihan selama 15 tahun, yang mesti termasuk bekerja mencari pengalaman praktek. Hanya orang-orang yang mampu memperlihatkan bahwa mereka bisa merealisir dalam bentuk kerja nyata dari buku-buku yang di pelajarinya dapat di golongkan ke dalam “ kelas guardian “. Lebih dari itu, hanya orang-orang yang dengan jelas bisa menunjukkan bahwa minat utamanya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakatlah yang bisa di terima ke dalam “kelas guardian“.
Keanggotaan guardian tidak dengan sendirinya menarik perhatian masyarakat. Kelas guardian tidaklah banyak mendapatkan uang. Mereka hanya di bolehkan memiliki harta pribadi dalam jumlah terbatas dan tak boleh punya tanah buat rumah pribadinya. Mereka menerima gaji tertentu dan tetap (itu pun dalam jumlah yang tak seberapa), dan tidak bolehkan punya emas atau perak. Anggota guardian tidak di perkenankan punya famili yang terpisah tempatnya, mereka haru makan bareng, punya pasangan bersama, imbalan buat pentolan-pentolan filosofi ini bukannya kekayaan melainkan kepuasan dalam hal melayani kepentingan umum. Begitulah ringkasanya sebuah republik yang ideal menurut plato.
Republik terbaca luas selama berabad-abad, tetapi harus di catat, sistem politik yang di anjurkan di dalamnya belum pernah secara nyata di praktekkan sebagai model pemerintah manapun. Selama masa antara zaman plato hingga kini, umumnya negara-negara Eropa menganut sistem kerajaan. Di abad-abad belakangan ini beberapa negara menganut bentuk pemerintah demokratis. Ada juga yang menganut sistem pemerintahan militer, atau di bawah tiran demagog seperti misalnya hitler dan Mussolini. Tak satupun pemerintahan-pemerintahan ini punya kemiripan dengan republik ideal plato. Teori plato tak perenah jadi anutan partai poltik manapun, atau jadi basis gerakan politik seperti halnya terjadi pada ajaran-ajaran karl marx, apakah dengan demikian dapat di simpulkan bahwa hasil karya plato, kendati di perbincangkan dengan penuh penghargaan. Memang benar, tak satu pun pemerintahan sipil di Eropa di sadarkan atas model plato secara langsung. Namun, menurut plato terdapat persamaan yang mengagumkan antara posisi Gereja katolik di Eropa abad pertengahan terdiri dari kaum elite yang mempertahankan diri sendiri agar tidak layu dan tersisihkan, yang anggota-anggotanya mendapat latihan-latihan filosofis resmi. Pada prinsipnya, semua pria, tak peduli dari mana asal-usulnya dapat dipilih masuk kependetaan (meski tidak untuk wanita) juga pada prinsipnya, para pendeta itu tak punya famli dan memang di arahkan semata-mata agar mereka memusatkan perhatian pada kelompok mereka sendiri, bukannya nafsu keagungan disanjung-sanjung. Peranan partai komunis di uni soviet juga ada yang membandingkan dengan “ kelas guardian “ itu mempunyai republik ideal. Sini pun kita temukan kelompok elite yang kesemuanya terlatih dengan filosofi resmi.
Gagasan plato juga mempengaruhi struktur pemerintahan Amerika serikat. Banyak anggota konvensi konstitusi Amerika mengenal dan tak asing dengan gagasan-gagasan politik plato. Maksudnya, sudah pasti tentu agar konstitusi Amerika serikat membuka kemungkinan menggali dan mempengaruhi kehendak rakyat. Dan juga diinginkan sebagai sarana memilih orang-orang yang paling bijak dan paling baik untuk memerintah negara. Kesulitan menentukan arti penting pengaruh plato sepanjang masa. Harus luas sehingga susah di paparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya, diskusinya di bidang etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosofi yang datang belakangan. Apabila plato di tempatkan pada urutan sedikit lebih rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini terutama lantaran Aristoteles bukan saja seorang filosofi melainkan pula seorang ilmuwan yang penting. Sebaliknya, penempatan plato lebih tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti john locke, Thomas Jefferson dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal poltiknya mempengaruhi dunia Cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan plato juga punya daya jangkau lebih dari 23 abad.
Plato insyaf benar, bahwa konsepsinya itu hanya merupakan suatu “ gambaran asal “, sebagaimana ide lainnya. Seperti ternyata dalam pengalaman idea itu tidak dapat di capai seluruhnya, hanya dapat di dekati. Dalam buku yang di karang kemudian, hukum, berbagai segi yang pokok yang di kemukakan di dalam republik diperlemahnya. Milik bersama, katanya atas segala harta dan kerjasama ekonomi yang sebulat-bulatnya hanya mungkin bagi dewa-dewa dan anak-anak dewa, milik perseorangan di perbolehkan. Tetapi kemiskinan dan pertumpukan harta di satu tangan harus di larang.
Banyak pengarang yang menamakan ciptaan plato itu sistem sosialisme. Tetapi jika di tinjau benar-benar, negara idealnya itu hanya merupakan negara sosial yang tujuannya menghilangkan kemiskinan dan menegakkan keadilan. Pelaksanaan komunisme hanya dalam kalangan penjaga jumlahnya kira-kira 5% dari seluruh penduduk masyarakat yang bertingkat bukanlah sosialisme.
B. Kesimpulan
Dalam pembahasan di atas kami dapat memberikan kesimpulan bahwasannya plato adalah sebagai bapak moyangnya pemikir barat. Ia berguru kepada Socrates yang sekaligus menjadi sahabatnya. Menurut Plato bentuk terbaik dari suatu pemerintahan adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum Aristokrat. Yang dimaksud Aristokrat disini bukannya Aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, tapi pemerintahan yang digerakkan oleh putra terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama.
Pemikiran Plato tentang politik yaitu ia menginginkan negara yang ideal dalam buku republik yang menjadi tujuan hidup Plato tergambar pendapatnya tentang pembinaan negara, masyarakat dan pendidikan. Plato hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang gilang gemilang dalam segala lapangan. Pertentangan antara kaya dan miskin sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Kekuasaan Aristokrasi, Oligarki, dan demokrasi datang berganti-ganti, dengan tidak dapat menundukkan pemerintahan yang tetap. Menurut Plato nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah sama sekali dasar hidup rakyat dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu negara yang ideal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar